My Cerpen yang lolos dalam Event Lomba Cerpen Tema Persahabatan

Advertisement
advertisement
                                                                                                                             
Tulusnya Sahabat

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan sesempurna mungkin. Tapi kenyataannya, taka ada manusia yang sempurna. Selalu saja memiliki rasa tidak puas, sehingga Ia tidak bisa bersyukur atas apa yang dimilikinya. Lain halnya dengan siswi yang masih berstatus pelajar SMA kelas X ini. Ia sangat baik, ramah, dan disenangi banyak orang, teman, dan juga gurunya. Ia juga pandai dan baik. Oh ya, namanya Cinta Munawaroh. Bukan Munaroh lo, ya? Tapi Munawaroh. Munawaroh itu dalam Bahas Arab artinya bersinar. Cinta juga mempunyai sahabat namanya Vidi. Walaupun Ia mengenal Vidi sejak masuk SMA, tapi Ia bisa bersahabat dengan Vidi. Karena Vidi orangnya baik, jujur, dan juga terbuka. Cinta sanagt menyayanginya, dan mereka berjanji untuk menjadi sahabat selamanya.
Memasuki kelas XI, Cinta dan Vidi berpisah. Tapi bukan berpisah tak bertemu, melainkan berpisah tempat duduk, karena mereka tak sekelas. Walaupun demikian, keduanya tetap menjaga persahabatan dan tetap berhubungan sangat baik. Bahkan semua orang bilang mereka seperti anak kembar. Padahal wajahnya berbeda sekali. Cinta berwajah elips dan agak tembem. Sedangkan Vidi berwajah oval. Bahkan ada juga yang salah memanggil Cinta itu Vidi. Dan Sebaliknya, memanggil Vidi itu CInta. Aneh banget memang. Tapi itu kenyataan.
Di kelas yang berpisah dengan Vidi, Cinta juga mempunyai sahabat yang selalu duduk bersama. Yaitu Rasti, temennya sejak SMP dulu. Dulu Ia tak begitu mengenal Rasti, karena mereka tak pernah sekelas. Tapi sekarang mereka sekelas, dan mereka bisa bersahabat. Seperti yang dilakukannya pada Vidi, Cinta juga sangat menyayangi Rasti. Kemanapun pergi, mereka selalu berdua. Belajar pun juga selalu bersama. Serasa tak mau dipisahkan.
Namun suatu hari, seperti ada bara api yang membakar hati Rasti. Entah mengapa, bara api itu tiba-tiba mmebakar hati Rasti. Hal ini berawal dari kecemburuan Rasti pada Cinta yang disenangi banyak orang, teman, bahkan gurunya. Cinta memiliki segalanya, dan diperhatikan oleh semuanya. Berbeda dengan Rasti, yang ingin popular dan setiap  hari selalu bersama anak yang sangat popular, tapi Ia tak juga popular seperti Cinta. Hal ini juga yang mengawali aksi buruk Rasti.
Sungguh taka ada yang menyangka bahwa Rasti benar-benar mempunyai penyakit hati seperti ini. Padahal Ia telah berjanji pada Cinta bahwa merkea akan menjadi sahabat setia. Tapi Ia malah mengingkarinya demi kepuasan dan kesenangan dirinya sendiri.
Semakin hari bara api itu tak terelakkan lagi. Namun Ia juga tak mau kalau Cinta tahu tentang hal ini. Karena kalau sampai Cinta tahu, rencanaa untuk menghancurkannya akan gagal. Jadi, pelan-pelan Rasti melampiaskan bara apinya itu. Berbagai kata-kata terlontarkan pada teman-teman sekelasnya. Tentu saja kata-kata itu sangat bertentangan dengan pribadi dan juga hati Cinta. Lambat laun, sedikit demi sedikit teman-teman sekelas Cinta menjauh darinya.
Berita ini akhirnya terdengar sampai keluar kelas dan tentunya terdengar oleh Vidi. Vidi sangat tak menyangka, bahwa Cinta akan seperti itu. Vidi juga tak mempercayai berita itu. Dan sungguh, tali ikatan persahabatan antara Cinta dan Vidi sangat erat. Sehingga, sebesar apapun badai yang menerpa, takkan bisa melepas tali ikatan ini.



Kemudian Vidi bercerita pada Cinta tentang hal ini, karena tentu saja Vidi percaya bahwa sahabatnya ini tak seperti yang dikatakan Rasti. Cinta sangat terkejut dan tak percaya. Tapi terlihat jelas cahaya keyakinan yang terpancar diwajah Vidi, hingga membuat Cinta sangat mempercayainya.
“Benarkah itu, Vid? Aku tak bisa mempercayai ini, tapi Aku percaya sepenuhnya padamu.” Jujur Cinta pada Vidi.
“Apakah kamu tak bisa melihat tanda-tandanya, sob? Biasanya tanda-tandanya terlihat jelas, Sob.” Jawab Vidi pada Cinta.
“Sebenarnya iya juga sih? Akhir-akhir ini teman-teman banyak yang menjauh dariku. Aku bingung, memang salah apa aku pada mereka?” jawab Cinta polos.
“Kamu yang sabar ya, Cinta?  Dia itu sakit. Dan penyakita adalah penyakit hati. Yaitu dengki. Aku heran deh, sama dia. Kok bisa dengki sama sahabatnya sendiri sih?” jawab Vidi kesal.
“Tapi menurutku Rasti benar, Sob. Dia punya hak untuk itu. Karena kita sama-sama manusia, dan wajar saja kalau kita ingin seperti itu.” Jawab Cinta bijak.
“Tapi caranya ya nggak seperti ini, Sob? Kamu itu terlalu baik, Sob. Sudah jelas Ia menyakitimu.”
Cinta hanya diam saja tak berkata. Pikirannya kacau, hatinya sedih, gelisah, gundah. Karena menurutnya, masalah sahabat adalah masalah terbesar dalam hidupnya. Karena Ia tak mau kehilangan sahabat satupun. “Ya Allah, apa salah hamba? Mengapa Rasti sampai berbuat seperti ini pada hamba? Hamba sedih, ya Allah… teman-teman semua menjauh. Hikz…hikz…hik…” jeritnya dalam do’a.
                Hari demi hari berlalu, Cinta pun tak kuasa menahan beban yang dipikulnya. Walaupun Ia tahu bahwa Allah takkan menguji hambanya diluar kesanggupannya. Tapi ini adalah masalah sahabat yang harus diselesaikan. Kalau tidak, takkan pernah selesai. Akhirnya, Ia berusaha mencoba menanyakannya pada Rasti. Tapi Rasti tentu saja tak mau mengaku. Padahal Cinta bertanya dengan hati-heti agar tak menyakiti perasaan Rasti.
                Sampai suatu ketika, ketika Rasti pulang sekolah dan mau pergi ke Batu bersama teman-temannya, tentunya Rasti menyeberang jalan dan menuggu bis yang berjalan kearah Timur. Ketika menyeberang, tiba-tiba motor Vixion dari arah Timur melaju kencang dan
Brakkk!!!
“Aduuh, siapa ini yang mendorongku kesini? Kepalaku sakit.” Keluh Rasti yang kepalanya sedikit terbentur. Ia tak tahu siapa yang mendorongnya ke pinggir jalan Raya ketika Ia menyeberang. Ia dengar jeritan teman-temannya. Dan Ia melihat teman-teman banyak yang berkerumukan di jalan Raya. Ia penasaran, kemudian Ia nerjalan menuju kerumunan tersebut. Dilihatnya beberapa teman mengangkat siswi yang pingsan dan sedikit darah menetes dari kepala dan juga lengannya. Cinta? Benarkah itu Cinta? Tentu saja itu Cinta. Jadi, yang mendorongku ke pinggir jalan ini Cinta? Ya Allah, ampunilah hamba, hamba sangat jahat padanya. Tapi dia begitu baik pada hamba dan menolong hamba. Selamatkanlah dia, Ya Allah.
Cinta dilarikan ke RSUD Ngantang. Setelah dibersihkan lukanya dan dibersihkan, tak ada satupun yang patah tulang. Hanya lecet agak parah di lengan kirinya dan juga tulang kering serta dikepala belakangnya lecet sedikit. Sungguh, Allah sangat menyayangi Cinta.

                Setelah sekitar 2 jam, Cinta sadarkan diri. Dilihatnya disekeliling kamar Rumah Sakit, banyak orang-orang yang disayanginya. Termasuk sahabat dan teman-temannya. Disebelah kanan ada Vidi, yang wajahnya terlihat sembab habis menangis, kemudian disebelah kirinya ada Rasti yang masih menangis.
“Kamu sudah sadar, Cin? Kamu baik-baik aja kan?” tanya Vidi dengan nada sangat khawatir.
“Alhamdulillah, Aku baik-baik saja, Vid...” jawab Cinta dengan agak parau.
“Cinta? Kamu nggak papa kan? Aku minta maaf, Cinta... aku udah jahat sama kamu. Karena Aku iri sama kamu. Tapi Aku salah, Aku nggak seharusnya seperti ini sama kamu. Kamu baik sekali padaku, kamu malah menolongku walaupun kamu sendiri akan terluka. Hikz...hikz...hikz...” kata Rasti yang masih menangis.
“Itu sudah tugas seorang sahabat, Ras... harus saling menyayangi dan juga melindungi.” Jawab Cinta dengan bijak.
“Makasih, Cinta... kamu udah jadi sahabat yang paling baik untukku. Tapi Aku minta maaf karena Aku nggak bisa menjadi sahabat yang baik untukmu.”
“Jangan bilang seperti itu, Ras... kita sama-sama manusia. Dan manusia juga tak pernah lepas dari kesalahan. Aku sudah memaafkanmu, Ras...”
“Terimakasih banyak, Cinta. Dan apakah kita masih sahabat?”
“Tentu saja. Sahabat sekarang dan selamanya.”


Advertisement
advertisement
My Cerpen yang lolos dalam Event Lomba Cerpen Tema Persahabatan | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar